(Bahagian 8) – Prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Menurut Imam Ahmad

http://aqidah-wa-manhaj.blogspot.com
Dari imam Ahmad bin Hanbal (katanya):

Dasar ahlus sunnah menurut kami adalah,

17 – Allah akan mengajak berbicara kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat tanpa ada penterjemah di antara mereka dengan-Nya, dan kita wajib mengimani dan membenarkannya.

18 – Beriman dengan telaga dan bahawa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memiliki telaga pada hari kiamat yang akan didatangi oleh umatnya, di mana luasnya sepanjang perjalanan sebulan dan bejana-bejananya sebanyak bintang-bintang di langit menurut riwayat-riwayat yang sahih dari beberapa jalan.

19 – Beriman dengan adanya azab kubur.

20 – Dan bahawa umat ini akan diuji dan ditanya di dalam kuburnya tentang iman, Islam, siapa Rabbnya, siapa nabinya, dan akan didatangi oleh malaikat Munkar dan Nakir bertepatan dengan kehendak dan keinginan Allah. Dan kita mengimani dan membenarkannya. (Imam Ahmad bin Hanbal, Ushulus Sunnah, prinsip 17-20)

Penjelasan/Syarah:

Berkenaan berbicara dengan Allah, ia adalah berdasarkan hadis sahih dari al-Bukhari dan Muslim (muttafaqun ‘alaihi). Awal lafaznya adalah:

“Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat tanpa ada penterjemah di antara keduanya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari (6539) dan Muslim (1016), keduanya dari hadis Adi bin Hatimradhiyallahu ‘anhu)

Tentang telaga Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, Allah berfirman (maksudnya):

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di Syurga.” (al-Kautsar, 108: 1)

Dan terdapat hadis-hadis sahih yang mutawatir berkenaan dengan perkara ini, di antaranya adalah sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:

“Telagaku sepanjang perjalanan sebulan, dan tepi-tepinya sama. Airnya lebih putih daripada air susu, bau harumnya lebih wangi daripada minyak misik (kasturi) dan bejana-bejananya sebanyak bintang-bintang yang ada di langit. Barangsiapa yang minum darinya niscaya ia tidak akan dahaga selama-lamanya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari (6579) dan Muslim (2292) dari hadis Abdullah bin ‘Amr)

Dan di dalam hadis Abu Dzar secara marfu’,

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sungguh bejana-bejana (yang ada di telaga) Nabi jumlahnya lebih banyak dari bintang-bintang yang ada di langit. Dan bintang-bintangnya sangat bersinar pada waktu malam yang sangat gelap, itulah bejana-bejana syurga. Barangsiapa minum dari telaga tersebut, niscaya dia tidak akan dahaga (selamanya). Luasnya seperti panjangnya, yakni sejauh antara Amman dan Ailah. Airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu.” (Diriwayatkan oleh Muslim (2300))

Lihat ta’Iiq terhadap Aqidah ath-Thahawiyyah, hal. 30 dan kitab Marwiyyaat ash-Shahaabah fil haudhi wal kautsar karena telah disebutkan di dalamnya hadis-hadis dari sekelompok para sahabat yang jumlah mereka lebih dari 6o orang sahabat. Dan sekelompok para imam telah menyatakan atas mutawatirnya hadis tersebut, di antaranya Imam an-Nawawi, lbnu Abdil Bar, al-Qurthubi, lbnu Hajar dan ramai lagi selain mereka.

Berkenaan dalil-dalil tentang azab dan nikmat kubur juga mutawatir. Di antaranya adalah sabda Nabi yang sahih:

“Berlindunglah kepada Allah dari azab kubur, kerana sesungguhnya azab kubur itu haq (benar adanya).” (ash-Shahiihah (1444, 1377), lihat ta’Iiq terhadap Aqidah ath-Thahawiyyah, hal. 50)

Seterusnya, bahawa umat ini akan diuji dan ditanya di dalam kuburnya tentang iman, Islam, siapa Rabbnya, siapa nabinya, dan akan didatangi oleh malaikat Munkar dan Nakir bertepatan dengan kehendak dan keinginan Allah.

Sebagai dalilnya, adalah hadis dari Bara’ bin ‘Azib yang sahih yang dikeluarkan oleh imam Ahmad, Abu Dawud dan selainnya. Lihat: Ahkaam al-Janaa’iz (155))

Juga di dalam hadis muttafaqun ‘aIaihi,

“Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku bahawa kamu akan diuji di dalam kubur.” (diriwayatkan oleh al-Bukhari (86) dan Muslim (903) dari hadis Aisyah)

Dan hadis,

“Apabila seorang mayit (si mati) dikuburkan maka akan datang kepadanya dua malaikat hitam dan biru matanya, salah satunya disebut Munkar dan yang lainnya disebut Nakir.” (Hadis hasan, ash-Shahiihah (1391). Lihat: ta’liq terhadap Aqidah ath-Thahaawiyyah, hal. 50)

Dinukil dan disunting dari:

Kitab Ushulus Sunnah, oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Tahqiq/Syarah Walid bin Muhammad Nubaih, m/s. 85-88. (Edisi Terjemahan: Terbitan Pustaka Darul Ilmi, Mac 2008M)

Recommend to friends
  • gplus
  • pinterest