Perbanyakkan Doa-doa Kebaikan Buat Anak

www.ilmusunnah.com

Buat mereka yang telah punya cahaya mata, hendaklah tetap istiqamah mendoakan kebaikan buat anak-anaknya.didiklah anakmu...

Di samping dalam rangka taqarrub (mencari kedekatan) dari sisi Allah, mendoakan anak-anak dapat memperbaiki keadaan mereka (anak-anak), menutupi kekurangan mereka, memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, dan melindungi mereka dari keburukan dunia dan akhirat mereka.

Hendaklah mereka (ibu dan ayah) memanfaatkan peranan mereka sebagai ibu dan ayah di mana mereka memiliki peluang yang sangat besar untuk diperkenankan doanya apabila mereka berdoa untuk anak-anaknya.

Dari hadis Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ

“Tiga doa yang mustajab yang tidak tertolak adalah doa seorang ayah (untuk anaknya), doa orang yang berpuasa, dan doa orang yang sedang dalam safar.” (Sunan Al-Kubra oleh Al-Baihaqi, no. 6392)

Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

ثلاث دعوات مستجابات لهن لا شك فيهن دعوة المظلوم ودعوة المسافر ودعوة الوالدين على ولدهما

“Tiga doa yang mustajab bagi mereka yang tiada syak (keraguan) padanya adalah doa orang yang terzalimi, doa orang yang sedang dalam safar, dan doa (keburukan) dari ibu dan bapa untuk anak-anak mereka.” (Al-Adab Al-Mufrad, no. 32)

Dalam lafaz Ibnu Majah,

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ، لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ

“Tiga doa yang mustajab bagi mereka yang tiada syak (keraguan) padanya adalah doa orang yang terzalimi, doa orang yang sedang dalam safar, dan doa (kebaikan) seorang ayah untuk anaknya.” (Sunan Ibnu Majah, no. 3862)

Dalam riwayat yang lain, dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ

“Tiga doa yang mustajab yang tiada syak (keraguan) padanya adalah doa orang-orang yang terzalimi, doa orang yang dalam safar (perjalanan jauh), dan doa (keburukan) seorang ayah untuk anaknya.” (Musnad Ahmad, no. 10196, 10708, 10771. Al-Adab Al-Mufrad, no. 481. Sunan Abi Dawud, no. 1536. At-Tirmidzi, no. 1905. Shahih Ibn Hibban, no. 2699)

Dan hal ini akan menjadi lebih bermanfaat dan lebih besar peluang keterkabulan doa-doa mereka apabila mereka berdoa dalam keadaan penuh kesungguhan, mencari waktu-waktu yang mustajab dalam berdoa, dan tidak berputus-asa dalam mengamalkannya.

Doa-doa yang baik buat anak-anak ini banyak dicontohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an. Antaranya adalah sebagaimana doa Nabi Sulaiman ‘alaihis Salam:

وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي

“… dan berikanlah kebaikan (kesolehan) kepadaku (dan berikanlah juga) kepada anak keturunanku…” (Surah Al-Ahqaf, 46: 15)

Atau sebagaimana doanya Nabi Ibrahim ‘alaihis Salam:

رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعْبُدَ الأَصْنَامَ

“Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Makkah) sebagai negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.” (Surah Ibrahim, 14: 35)

Di ayat berikutnya,

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak keturunanku termasuk orang yang tetap mendirikan solat, wahai Rabb kami perkenankanlah doaku.” (Surah Ibrahim, 14: 40)

Juga sebagaimana doa orang-orang yang digelar ‘Ibadurrohman oleh Allah Ta’ala:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang-orang yang berkata: “Wahai Rabb Kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan anak keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (Surah Al-Furqan, 25: 74)

Berdoalah kepada Allah agar kita dan anak keturunan kita dikumpulkan secara bersama-sama di Syurga kelak. Bukankah di dunia ini lagi, kita telah dapat merasakan betapa bahagia dan senangnya kita apabila kita dapat berkumpul bersama-sama dengan anak keturunan kita? Dari itu, apalagi jika kita dan mereka dapat sama-sama berkumpul di Syurga?! Yang kurang amalnya di antara mereka akan ditutupi, ditinggikan kedudukan mereka dan disempurnakan amalnya oleh Allah Ta’ala tanpa mengurangi pahala yang lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

“Dan orang-oranng yang beriman, dan anak-anak keturunan mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan mereka dengan anak-anak keturunan mereka, dan Kami tidak mengurangi sedikitpun dari pahala amal-amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang diusahakannya.” (Surah Ath Thuur, 52: 21)

Dari ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala mengkhabarkan tentang kebaikan-Nya, kurniaan-Nya dan pemberiaan-Nya kepada para hamba-Nya. Bagi seorang yang beriman itu apabila anak keturunan mereka mengikuti mereka dalam keimanan, maka mereka akan dihubungkan dan dikumpulkan bersama-sama di dalam Syurga, walaupun anak keturunan mereka itu belum setara dengan amal atau atau kedudukan mereka. Tujuannya agar hati dan pandangan mereka dari para ayah menjadi sejuk (tenang) dengan berkumpulnya mereka bersama anak-anak mereka.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

إن الله ليرفع ذرية المؤمن في درجته، وإن كانوا دونه في العمل، لتقر بهم عينه

“Sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat (kedudukan) anak keturunan orang-orang mukmin pada darjat kedudukan mereka, walaupun amal-amal mereka berada di bawah kedudukannya. Ini agar keberadaan anak keturunan mereka bersama-sama mereka menjadi penyejuk pandangan mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/432)

Dalam riwayat yang lain, Ibnu ‘Abbas berkata:

هم ذرية المؤمن، يموتون على الإيمان: فإن كانت منازل آبائهم، أرفع من منازلهم ألحقوا بآبائهم، ولم ينقصوا من أعمالهم التي عملوا شيئا.

“Mereka adalah anak keturunan orang-orang mukmin yang meninggal dunia dalam keadaan beriman, walaupun darjat kedudukan ayah mereka lebih tinggi dari mereka, mereka tetap diangkat pada kedudukan ayah mereka tanpa mengurangi pahala amalan ayah mereka sedikit pun.”

Kata Al-Hafiz Ibn Katsir rahimahullah (Wafat: 774H):

هذا فضله تعالى على الأبناء ببركة عمل الآباء، وأما فضله على الآباء ببركة دعاء الأبناء

“Inilah kurniaan yang Allah berikan untuk para anak disebabkan keberkahan amal ayah mereka. Manakala keutamaan (kurniaan) untuk para ayah pula adalah dengan sebab kerberkahan doa anak-anak mereka.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/433)

Dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

“Sesungguhnya seseorang akan diangkat darjatnya di dalam Syurga.” Lalu dia bertanya, “Dari mana ini?”

Lalu dijawab kepadanya, “Dengan sebab istighfar (permohonan ampun) anakmu untukmu.” (Musnad Ahmad, no. 10610. Sunan Ibnu Majah, no. 3660. Dinilai hasan oleh Al-Albani dan Syu’aib Al-Arnauth)

Jangan Sampai Mendoakan Keburukan Untuk Anak-anak

Dari hadis Jabir bin ‘Abdillah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ

“Janganlah engkau berdoa keburukan untuk dirimu, janganlah engkau berdoa keburukan untuk anak-anakmu, dan janganlah engkau berdoa keburukan untuk hartamu. Jangan sampai doa-doa keburukan tersebut (terucap) bertepatan dengan waktu yang jika berdoa kepada-Nya maka akan dikabulkan.” (Shahih Muslim, no. 3009. Sunan Abi Dawud, no. 1532)

Dari hadis Ummu Salamah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ

“Janganlah engkau berdoa untuk dirimu kecuali dengan kebaikan, kerana para malaikat mengaminkan apa yang engkau ucapkan.” (Shahih Muslim, no. 920)

Banyak contoh dan kisah doa-doa mustajab dari ayah dan ibu direkodkan dalam sirah. Antaranya sebagaimana kisah doa ibu Juraij yang diriwayatkan antaranya oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah di kitab Al-Adab Al-Mufrad, no. 33; kisah doa Al-Imam Al-Fudhail bin ‘Iyadh untuk anaknya ‘Ali bin Fudhail rahimahumullah; Doa Ibu Al-Imam Al-Bukhari sehingga Al-Imam Al-Bukhari yang lahir dalam keadaan buta diberi kesembuhan oleh Allah yang akhirnya beliau dikenal sebagai ulama besar dalam bidang hadis. Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Wallaahu a’lam.

Recommend to friends
  • gplus
  • pinterest