Gemuk Sebab Banyak Makan, Salahkah Dalam Islam?

www.ilmusunnah.com

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan gaya hidup di dunia dalam keadaan menjadikan dunia sebagai tujuan kehidupan, untuk bersenang-senangan padanya, berfoya-foya, menyibukkan diri dengan segala macam permainan, sibuk mengumpul harta, dan bermegah-megahan terhadapnya, sebagai tradisi dan gaya hidup orang-orang yang kafir, yakni gaya hidup orang-orang yang lalai dan tidak beriman terhadap hari akhirat.gemuk-gemuk

Keinginan mereka ditenggelami dengan pesona dunia dan segala bentuk kemewahan dan kenikmatannya, sedang mereka dalam keadaan terpedaya.

Allah telah memberikan perumpamaan terhadap gaya hidup seperti ini sebagai gaya hidup haiwan ternak, mereka tidak punya keinginan melainkan untuk mengikuti hawa nafsunya, memenuhi kehendak selera perutnya, dan keinginan seksnya. Sehingga hal-hal tersebut telah melalaikan dan menjadikan mereka hanyut dari mengingat tujuan dan kehidupan yang sebenar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ

“Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan beramal soleh ke dalam Syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir, mereka bersenang-senang (di dunia), dan mereka makan sebagaimana haiwan-haiwan ternak makan, dan Neraka adalah tempat tinggal mereka.” (Surah Muhammad, 47: 12)

Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ

“Dan (ingatlah) hari ketika orang-orang kafir dihadapkan ke Neraka, (kepada mereka dikatakan), “Kalian telah menghabiskan rezeki kalian yang baik-baik pada kehidupan dunia kalian (semata-mata), dan kalian telah bersenang-lenang dengannya; maka pada hari ini kalian dibalas dengan adzab yang menghinakan kerana kalian telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa haq, dan kerana kalian telah fasiq.” (Surah Al-Ahqaaf, 46: 20)

Di ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-lenang, dan dilalaikan oleh harapan dan angan-angan (yang kosong lagi memperdaya), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat dari perbuatan mereka).” (Surah Al-Hijr, 15: 3)

Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan tentang karektor dan sifat orang-orang kafir itu lalai dari kehidupan akhirat dan lebih menyibukkan diri mereka dengan kehidupan dunia untuk bersantai-santai dan banyak makan.

Demikian di ayat yang lain Allah Ta’ala berfirman:

كُلُوا وَتَمَتَّعُوا قَلِيلًا إِنَّكُمْ مُجْرِمُونَ

“Makan-lah dan bersenang-lenang-lah kalian (di dunia) yang sangat singkat waktunya ini, sesungguhnya kalian adalah orang-orang pendosa (dengan jenayah yang besar di sisi Allah).” (Surah Mursalaat, 77: 46)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah (Wafat: 671H) berkata:

وَقَدْ ذَمَّ اللَّهُ تَعَالَى الْكُفَّارَ بِكَثْرَةِ الْأَكْلِ فَقَالَ:” وَالَّذِينَ كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَما تَأْكُلُ الْأَنْعامُ وَالنَّارُ مَثْوىً لَهُمْ” [محمد: 12] فَإِذَا كَانَ الْمُؤْمِنُ يَتَشَبَّهُ بِهِمْ، وَيَتَنَعَّمُ بِتَنَعُّمِهِمْ فِي كُلِّ أَحْوَالِهِ وَأَزْمَانِهِ، فَأَيْنَ حَقِيقَةُ الْإِيمَانِ، وَالْقِيَامُ بِوَظَائِفِ الْإِسْلَامِ؟! وَمَنْ كَثُرَ أَكْلُهُ وَشُرْبُهُ كَثُرَ نَهَمُهُ وَحِرْصُهُ، وَزَادَ بِاللَّيْلِ كَسَلُهُ وَنَوْمُهُ، فَكَانَ نَهَارَهُ هَائِمًا، وَلَيْلَهُ نَائِمًا.

“Allah Ta’ala telah mencela orang-orang kafir dengan sebab banyak makan. Allah berfirman:

“Dan orang-orang yang kafir, mereka bersenang-senang (di dunia), dan mereka makan sebagaimana haiwan-haiwan ternak makan, dan Neraka adalah tempat tinggal bagi mereka.” (Surah Muhammad, 47: 12)

Maka jika seorang mukmin menyerupai tradisi mereka (dalam cara makan) dan dalam menikmati nikmat-nikmat dunia pada segala keadaan dan masa, maka di manakah hakikat imannya dan penegakkan kerja-kerja Islam (menuntut ilmu, ibadah dan dakwah)?

Maka siapa yang banyak makannya dan banyak minumnya maka dia akan lebih rakus dan banyak angan-angan, banyak menghabiskan malam dengan bermalas-malasan dan tidur, siang harinya dihabiskan untuk santai-santai (dengan hal-hal dunia dan makan), manakala malam harinya dihabiskan dengan tidur.” (Tafsir Al-Qurthubi, 11/67)

Dari penjelasan Al-Imam Al-Qurthubi ini menjelaskan bahawa menyibukkan dan membiasakan diri dengan banyak makan, memiliki hobi atau kecenderungan terhadap makan-makan adalah gaya hidup yang berasal dari orang-orang kafir.

Kemudian beliau menyebutkan tentang hadis:

ثُمَّ إِنَّ مِنْ بَعْدِكُمْ قَوْمًا يشهدون ولا يستشهدون ويخونون ولا يؤتمون وَيَنْذِرُونَ وَلَا يُوفُونَ وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ

وَهَذَا ذَمٌّ. وَسَبَبُ ذَلِكَ أَنَّ السِّمَنَ الْمُكْتَسَبَ إِنَّمَا هُوَ مِنْ كَثْرَةِ الْأَكْلِ وَالشَّرَهِ، وَالدَّعَةِ وَالرَّاحَةِ وَالْأَمْنِ وَالِاسْتِرْسَالِ مَعَ النَّفْسِ عَلَى شَهَوَاتِهَا، فَهُوَ عَبْدُ نَفْسِهِ لَا عَبْدُ رَبِّهِ، وَمَنْ كَانَ هَذَا حَالَهُ وَقَعَ لَا مَحَالَةَ فِي الْحَرَامِ، وَكُلُّ لَحْمٍ تَوَلَّدَ عَنْ سُحْتٍ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ

“… Kemudian, sesungguhnya setelah kalian (setelah 3 generasi terbaik kaum muslimin), akan datang suatu kaum yang bersaksi sebelum diminta persaksiannya, khianat dan tidak boleh dipercayai, banyak berjanji tetapi tidak ditunaikan, dan terzahir dalam kalangan mereka kegemukan (fenomena obesiti dan banyak lemak).” (lihat: Shahih Al-Bukhari, no. 6428. Muslim, no. 2535)burger

“Dan ini adalah bentuk celaan (terhadap kegemukan), dan sebab terjadi kegemukan tersebut diperolehi dari banyaknya makan, minum, berfoya-foya, bersantai-santai, sentiasa merasa aman (dari murka dan azab Allah), membiarkan dirinya lalai bersama nafsu dan syahwatnya, maka dia sebenarnya adalah hamba kepada diriya, bukan hamba yang mengabdi kepada Rabb-nya.

Sesiapa yang menjalani kehidupan seperti ini dia pasti akan terjebak ke dalam sesuatu yang diharamkan, dan setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang diharamkan, maka Neraka lebih utama baginya.” (Tafsir Al-Qurthubi, 11/67)

Di riwayat yang lain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari hadis Nabi disebutkan:

ثُمَّ يَخْلُفُ قَوْمٌ يُحِبُّونَ السَّمَانَةَ، يَشْهَدُونَ قَبْلَ أَنْ يُسْتَشْهَدُوا

“Kemudian akan datang setelah itu (yakni setelah tiga generasi terbaik kaum muslimin), suatu kaum yang menyukai kegemukan, mereka bersaksi sebelum diminta persaksiannya.” (Shahih Muslim, no. 2534)

Kata Al-Imam An-Nawawi rahimahullah (Wafat: 676H):

قال جمهور العلماء في معنى هذا الحديث المراد بالسمن هنا كثرة اللحم ومعناه أنه يكثر ذلك فيهم وليسن معناه أن يتمحضوا سمانا قالوا والمذموم منه من يستكسبه وأما من هو فيه خلقة فلا يدخل في هذا والمتكسب له هو المتوسع في المأكول والمشروب زائدا على المعتاد وقيل المراد بالسمن هنا أنهم يتكثرون بما ليس فيهم ويدعون ما ليس لهم من الشرف وغيره وقيل المراد جمعهم الاموال

“Jumhur para ulama berkata terkait makna “gemuk” pada hadis ini sebagai banyaknya daging, yakni disebabkan banyaknya makan. Kegemukan di sini tidaklah tercela melainkan yang terjadi dengan sebab banyaknya makan dan minum yang melampaui keperluan dan kebiasaan.

Ada juga yang berpendapat makna “gemuk” pada hadis ini merupakan kiasan untuk suatu kebiasaan bagi suatu kaum yang mengumpulkan sesuatu yang di luar kepemilikannya dengan mendakwanya sebagai kepunyaan mereka dalam rangka meraih kemuliaan (pangkat atau kedudukan), dan yang semisalnya.

Dikatakan juga oleh sebahagian ulama, “gemuk” pada hadis ini merupakan kiasan bagi mereka yang menyibukkan diri dengan mengumpulkan harta (yakni mendahulukan dunia berbanding akhirat – pent.).” (Syarh Shahih Muslim, 16/86-87)

Kata Al-Hafiz Ibn Hajar Al-‘Asqalani rahimahullah (Wafat: 852H):

وقوله ويظهر فيهم السمن بكسر المهملة وفتح الميم بعدها نون أي يحبون التوسع في المآكل والمشارب وهي أسباب السمن بالتشديد قال بن التين المراد ذم محبته وتعاطيه لا من تخلق بذلك … وقد رواه الترمذي من طريق هلال بن يساف عن عمران بن حصين بلفظ ثم يجيء قوم يتسمنون ويحبون السمن وهو ظاهر في تعاطي السمن على حقيقته فهو أولى ما حمل عليه خبر الباب وإنما كان مذموما لأن السمين غالبا بليد الفهم ثقيل عن العبادة كما هو مشهور

“Sabda Nabi, “dan tampak zahir dalam kalangan mereka sifat gemuk (السِمَن)..” yakni kerana banyak makan dan minum (melampaui keperluan) sehingga menjadikannya kegemukan.

Kata Ibn At-Tiin, “Maknanya adalah celaan bagi mereka yang sengaja menempuh sebab untuk gemuk (kerana banyak makan atau bermalas-malasan – pent.), bukan mereka yang diciptakan dalam keadaan gemuk (secara natural).”

At-Tirmidzi meriwayatkan hadis dari jalan Hilaal bin Yisaf dari ‘Imraan bin Hushain dengan lafaz, “Akan datang suatu kaum yang gemuk dan menyukai gemuk.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2221)

Dan hadis ini jelas menunjukkan makna yang dikehendaki adalah gemuk sebagaimana makna hakikinya. Dan inilah makna yang lebih tepat bersesuaian dengan hadis yang dikhabarkan. Sifat (gemuk disebabkan banyak makan) ini tercela kerana kegemukan sinonim dengan lemah daya berfikir dan lembab dalam memahami serta berat pula untuk melaksanakan ibadah sebagaimana yang dimaklumi.” (Fath Al-Bari, 5/260)

Al-Imam Ahmad dan Ath-Thabrani meriwayatkan bahawasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah melihat seorang lelaki yang memiliki perut yang sangat gemuk (boroi), kemudian beliau pun berkata sambil memberikan isyarat dengan jari-jarinya:

لَوْ كَانَ هَذَا فِي غَيْرِ هَذَا لَكَانَ خَيْرًا لَكَ

“Sekiranya perutmu tidak seboroi ini, tentulah lebih baik bagimu.” (Musnad Ahmad, no. 15868. Al-Mu’jam Al-Kabir, no. 2184. Dinilai dhaif oleh Al-Albani)

Di hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahawa beliau bersabda:

إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، لَا يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، اقْرَءُوا فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا

“Sesungguhnya akan datang pada hari kiamat nanti seorang yang bertubuh amat gemuk, tetapi di sisi Allah timbangannya tidaklah lebih berat dari sayap seekor nyamuk. Dan beliau berkata, bacalah:

“Kami tidak memberikan sebarang penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (Surah Al-Kahfi, 18: 105).” (Shahih Al-Bukhari, no. 4360. Muslim, 4991)

Kata Al-Imam An-Nawawi rahimahullah (Wafat: 676H):

وفيه ذم السمن

“Pada hadis ini terkandung celaan bagi sifat gemuk.” (Syarh Shahih Muslim, 17/129)

Dari hadis Al-Miqdam bin Ma’di Karib Al-Kindi radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مَلأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ

“Tidak ada tempat yang diisi oleh anak keturunan Adam yang lebih buruk dari perutnya.” (Musnad Ahmad, no. 17186. Sunan At-Tirmidzi, no. 2380. Dinilai sahih oleh At-Tirmidzi)

Sambungan hadis dalam riwayat At-Tirmidzi:

بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

“Cukuplah bagi anak keturunan Adam agar makan sekadar untuk menegakkan tulang sulbinya (tulang punggung atau tulang belakang). Melainkan jika dia tidak dapat mengelak, maka isilah 1/3 untuk makanannya, 1/3 untuk minumannya, dan 1/3 untuk nafasnya.” (Sunan At-Tirmidzi, no. 2380. Dinilai sahih oleh At-Tirmidzi)

Di hadis yang lain, dari Ibn ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

الْكَافِرُ يَأْكُلُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ، وَالْمُؤْمِنُ يَأْكُلُ فِي مِعًى وَاحِدٍ

“Orang-orang kafir makan dengan tujuh perut, manakala orang-orang beriman makan dengan satu perut.” (Shahih Al-Bukhari, no. 5395. Bab: Orang-orang beriman makan dengan satu perut. Shahih Muslim, no. 2060)

Dari dalil-dalil ini menjelaskan bahawa kegemukan itu tercela apabila ianya terjadi dengan sebab banyaknya makan, bermalas-malasan, bersantai-santai, dan lalai pula dari urusan akhirat dan dunianya yang bermanfaat.

Kata Mulla ‘Ali Al-Qari rahimahullah (Wafat: 1014H):

 وَأَمَّا مَا وَرَدَ أَنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ السَّمِينَ، فَمَحْمَلُهُ إِذَا نَشَأَ عَنْ غَفْلَةٍ وَكَثْرَةِ نِعْمَةٍ حِسِّيَّةٍ كَمَا يَدُلُّ عَلَيْهِ رِوَايَةُ يُبْغِضُ اللَّحَّامِينَ

“Adapun yang telah warid bahawa Allah membenci kegemukan, difahami apabila kegemukan itu terjadi disebabkan kelalaian dan banyaknya menikmati nikmat-nikmat hissiyyah, sebagaimana yang ditunjukkan pada dalil-dalil yang menjelaskan dibencinya sifat gemuk (banyak lemak).” (Jam’u Al-Wasa’il fi Syarhi Asy-Syama’il, 1/34)

Wallaahu a’lam.

kitab_ulama

Recommend to friends
  • gplus
  • pinterest